Friday, March 15, 2013

menjadi marketing yang handal

Marketer Harus Mahir Merancang Konten Marketing

 
Marketing.co.idKonten marketing adalah penggunaan informasi relevan dan berharga untuk menarik pelanggan potensial. Tidak hanya menarik, informasi ini jika dikerjakan dengan benar akan mampu merangkul target audience dan menghasilkan keuntungan bagi bisnis Anda.
Konten marketing dapat digunakan sebagai cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan pelanggan tanpa menjual. Misalnya, sebuah artikel yang bagus dapat memasarkan produk atau jasa dengan cara yang tidak mengganggu konsumen.
Konten marketing sepertinya sudah jamak digunakan oleh banyak bisnis sekarang ini. Bisnis telah menggunakan konten untuk memberikan nilai tambah kepada pelanggan sejak ratusan tahun yang lalu. Misalnya  Jell-O – sebuah merek milik Kraft Foods yang berbasis di Amerika.
Ketika berbicara pada acara yang digelar oleh British Interactive Association – ahli media sosial dari Twitter, cloud, dan marketing agency AKQA – menunjukkan bagaimana marketer harus berinvestasi lebih dalam menentukan strategi konten mereka untuk berhubungan dengan konsumen.
Sebuah laporan dari Content Marketing Association menemukan baru 21% pemasaran yang menggunakan konten marketing. Hampir tiga perempat (73%) dari mereka yang ditanyai percaya bahwa mereka akan meningkatkan atau mempertahankan anggaran konten marketing di 2013.
“Dasar pemikiran konten marketing adalah untuk mengurangi kendala konsumen dalam mendapatkan pesan secara menyeluruh,” kata John Webb, Marketing Director Rockspace dan mantan marketer Rockstar Games dikutip Marketingweek.co.uk
Namun karena brand seolah-olah mendefinisi ulang jati dirinya melalui konten marketing tersebut, mengakibatkan konsumen merasa dibombardir dan pada akhirnya memunculkan sikap penolakan. Bisa jadi hal ini terjadi karena kemampuan produsen konten yang menurun.
Webb menyarankan para marketer merekrut mantan wartawan yang memiliki kemampuan berburu cerita yang memiliki tujuan sejalan untuk menyatukan data dan elemen konten untuk menciptakan kampanye pemasaran yang sukses.
Menurut Ron Peterson, Director of Social AKQA, membuat konten yang dirancang untuk membangun popularitas adalah juga tentang menanamkan mindset (pola pikir) konten yang melampaui fungsi komunikasi pemasaran seluruh organisasi.
Peterson menambahkan, “Jika Anda melihat sebuah merek membuat konten dengan baik, mereka telah jauh melampaui repurposing iklan TV untuk YouTube.”
“Konten yang yang berjalan baik sebenarnya dirancang untuk (media) sosial dan bukan hanya yang berbentuk video, bahkan kualitas respon terhadap pertanyaan di Twitter pun termasuk di dalamnya. Ini semua tentang bagaimana memiliki proses berpikir yang kuat dan strategis,” katanya lagi.
Anda mungkin dapat memperoleh inspirasi dari merek-merek produk olahraga seperti DC dan Billabong. Keduanya tidak selalu memiliki anggaran besar seperti halnya Nike atau Adidas, tapi mereka mampu membuat konten secara teratur dan dibagikan kepada ribuan konsumen.
Sementara itu Dara Nasr, Head of Agency Sales Twitter Inggris mengatakan, marketer harus melihat konten yang lebih luas melampaui kampanye inti/tunggal.
 “Hal-hal yang dilakukan dengan baik (di media sosial) akan mampu berbicara lebih baik ketimbang hal-hal yang dipos ulang. Namun hal yang terpenting dari ini adalah berada di sana dan hadir.”
Nasr mencontohkan O2, di mana merek tersebut dengan jenaka merespon pelanggan kasar yang marah karena pemadaman jaringan atau pertukaran (foto) lucu antara buruh dan Demokrat Liberal sebagai cara merek mendekati konten melampaui promosi tertentu dan menyematkannya ke dalam komunikasi sehari-hari mereka.

Maksimalkan Gerilya Marketing

 
Marketing.co.id - Berawal sejak pemerintah menerapkan program hemat energi, banyak pemain di industri lampu kemudian mulai beralih dari lampu bohlam/pijar ke lampu hemat energi (LHE). Namun demikian, karakteristik pasar yang cukup unik di industri ini menyebabkan banyak pemain yang hit and run dengan ritme yang cukup cepat. Di sisi lain, banyak juga pemain lokal yang mampu bertahan dan menjadi “raja lokal”, serta mampu bersaing dengan merek utama di pasar LHE.
Pasar yang cukup potensial dan belum tergarap maksimal menjadi pertimbangan banyak perusahaan untuk tetap bersaing. Pada tahun 2010 saja, kebutuhan secara nasional akan lampu—baik di sektor perumahan maupun industri—sekitar 200 juta unit yang diserap pasar.
Cosmos, sebagai merek lama di industri alat-alat rumah tangga pun tak mau ketinggalan. Dengan sumber daya yang dimiliki sebagai penyedia perabot rumah tangga dan elektrik, sejak tahun 2009 lalu ikut berebut di pasar LHE dan langsung merangsek pasar. Daerah Cirebon menjadi pionir sepak terjang Cosmos. Kemudian menyusul dalam waktu relatif singkat daerah di luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Seperti yang diungkap oleh Sulaiman, Senior Marketing Manager PT Star Cosmos, segmen yang disasar oleh LHE Cosmos lebih pada consumer dan masyarakat perumahan di kalangan menengah dan bawah. Sementara untuk positioning produk, adalah lampu hemat energi dengan B-Three BP (Balancing Three Band Phosphor).
Sebagai pemain baru, belum banyak yang dilakukan LHE Cosmos selain berusaha memperkuat jalur distribusi, memperbanyak agen dan distributor, serta melakukan trade promo di pasar. Sulaiman menuturkan, dahulu banyak produk-produk dari Cina yang merangsek pasar dan mencoba bertarung di daerah-daerah (local area). Namun kini, mereka mulai tergerus oleh merek-merek lokal. Celah pasar yang ditinggalkan oleh merek-merek asal Cina inilah yang berusaha diisi oleh Cosmos.
“Kami tidak mungkin bertarung dengan pemain utama. Sebagai pemain baru, kami harus jeli melihat peluang pasar, karena potensinya memang masih cukup besar untuk digarap,” ungkap Sulaiman.
Lebih lanjut, Harys Hadinata, Product Manager PT Star Cosmos, menambahkan bahwa saat ini strategi perusahaan lebih difokuskan untuk memperkuat jalur distribusi ke beberapa wilayah, agar distributor dapat berdiri sendiri dan merek Cosmos mendapat loyalitas dari konsumen. Di samping, berusaha menancapkan “kuku” lebih dalam lagi di hati masyarakat (top of mind). Permintaan pasar terhadap produk ini pun cukup tinggi. Kini, sudah tiga tipe produk LHE Cosmos diluncurkan, yaitu Cosmos Priority (3W, 5W, 6W, 8W, 9W, 11W, 14W dan 18W), Cosmos Premium (15W, 18W, 20W, 25W), serta Cosmos Brilliant Extra Bright (5W, 8W, 12W, 14W, 15W, 20W, 24W, dan 32W). Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp 13.000–Rp 32.000.
Yang membedakan LHE Cosmos dengan produk kompetitor, sambung Harys, adalah kualitas produk yang terjaga. Produk besutan Cosmos ini dapat bertahan selama 10 ribu jam dan bergaransi satu tahun. Selain itu, LHE Cosmos dilengkapi B-Three BP yang memiliki kualitas cahaya lebih terang, tidak silau, namun tidak panas. Cangkang lampunya pun tahan panas dan tak mudah meleleh, serta tidak mudah korsleting. Semua ini dibuat berdasarkan riset yang dilakukan perusahaan sejak jauh-jauh hari sebelumnya, yang intinya untuk mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen di pasar.
Mengenai strategi komunikasi dan promosi, LHE Cosmos lebih banyak melakukan aktivitas BTL (below the line), seperti trade promo dan spanduk. “Kita kuatkan dulu di bawah, dengan bergerilya marketing dan memperkuat promosi dan distribusi,” ungkap Harys.
Sementara itu, Sigit Purnomo, National Sales Manager Lighting PT Star Cosmos, mengatakan, mengingat potensi pasar yang cukup besar, namun sebagai pemain baru di pasar lampu hemat energi, LHE Cosmos tidak menetapkan target penjualan yang muluk-muluk. “Berbicara target penjualan, bisa meraih 5% saja dari total keseluruhan permintaan pasar yang berkisar 200 juta unit, sudah cukup lumayan,” kata Sigit.
Diakuinya, persaingan di industri ini cukup sengit, dimana merek-merek besar seperti Philips dan Shinyoku adalah merek yang dominan di pasaran. Belum lagi adanya merek-merek lokal yang menjadi “raja lokal”, seperti Hannochs (Medan), Shinyoku (Kalimantan), Central Light, Hemat, Elitech, Ori, Chiyoda, serta Visicom dan Red Focus (Bali).
Untuk itu, Cosmos memilih bersikap low profile sambil terus memperkuat infrastruktur jaringan distribusi ke beberapa kota, seperti di Sumatera (Medan, Palembang, Pekanbaru), Jawa (Cirebon, Semarang, Solo, Yogyakarta), Kalimantan (Pontianak, Samarinda, Balikpapan) dan Sulawesi (Manado dan Kendari). “Saat ini, sudah 75% toko penjual alat listrik mengetahui kualitas produk kami,” imbuhnya.
Berbicara soal market share, LHE Cosmos memang masih belum signifikan. Sulaiman mengatakan bahwa usia yang relatif baru dan banyaknya pemain yang bertarung di pasar menjadi tantangan tersendiri bagi LHE Cosmos. Namun diakui, setiap bulan permintaan pasar selalu meningkat. Karena itu, dia optimistis, ke depannya target 5% market share akan tercapai, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan tetap meningkat.
Namun ditambahkan, yang menjadi kendala kini adalah saat melakukan penetrasi pasar, masih banyak toko yang belum percaya akan kualitas produk LHE Cosmos.
Brand awareness memang menjadi tantangan buat LHE Cosmos. Kami berharap, dengan menggunakan merek Cosmos yang sudah branding di pasaran, mudah-mudahan masyarakat lebih aware akan produk ini,” pungkas Sigit.

1 comment: