Monday, March 11, 2013

bisnis terbaik

Bisnis Terbaik





KOMPAS.com - Seorang usahawan muda di Jakarta punya 10 juta dollar AS atau setara dengan Rp 94 miliar. Ia bingung untuk investasi. Kalau dideposito dan sebutlah ia dapat bunga 4 persen, setahun uangnya bertambah Rp 3,769 miliar atau Rp 313 juta per bulan. Cukup enak. Namun, bukan wataknya menyimpan uang di bank. Ia lebih suka bertarung di lapangan.
Kepada ayahnya yang seorang usahawan komponen otomotif, anak muda itu minta saran. Ayahnya berkata, ”Mantapkan hatimu. Masuklah ke bisnis yang engkau sukai dan benar-benar kuasai. Jangan terombang-ambing. Jangan silau kemajuan usahawan lain. Putuskan, dan lupakan!”
Anak muda ini terkesiap oleh ucapan ayahnya. Ia lalu menimbang lagi. Kalau membangun hotel bintang dua, ia bisa mendapatkan dua hotel dengan masing-masing di atas 100 kamar. Jika hotel selalu ”hampir penuh” dan dikelola baik, ia bisa berharap modal kembali kurang dari empat tahun. Ia tinggal menghitung laba.
Kalau membuka kafe waralaba asing, ia bisa memperoleh setidaknya 30 kafe kelas satu. Ia masukkan ke mal dan bayar sewa. Kalau berjalan mulus, investasi bisa balik dalam tiga tahun. Jika gagal?
Terombang-ambing, ia teringat nasihat ayahnya. Masuk ke bisnis yang ia kuasai benar. Dan bisnis itu adalah perminyakan. Selama delapan tahun terakhir, ia bekerja di sebuah perusahaan minyak bumi. Maka, ia tetapkan hati masuk ke minyak.
Berdasarkan izin legal yang ia peroleh, ia gunakan uangnya untuk ”mencari sumur minyak” di Pulau Sumatera. Menurut hitungan sederhana, kalau beruntung, pencarian pertama saja sudah bisa menemukan sumur minyak. Pada eksplorasi pertama, tidak ditemukan apa-apa. Ia tidak terpukul. Pada eksplorasi kedelapan, ditemukan sumur minyak, tetapi tidak layak. Ongkos eksplorasi malah lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan minyak. Di sini ia berdebar. Terus atau tidak? Uangnya hanya cukup untuk dua kali lagi pencarian minyak lagi. Kalau hasilnya nihil?
Pada titik amat kritis ini, ia teringat kembali nasihat ayahnya. Putuskan dan lupakan. Ia putuskan terus mencari. Lupakan, agar ia tidak menyesal kalau seluruh hasilnya buruk. Pada pencarian kesembilan, kembali timnya gagal.
Pada kesempatan terakhir, usahawan ini bisa tersenyum. Timnya menemukan sumur minyak. Tidak besar, ”hanya” 10.500 barrel per hari. Ia sujud syukur. Kini ia bisa membangun perusahaan ritel, beberapa kafe, restoran yang laris, dan membeli saham sebuah bank swasta nasional. (Abun Sanda)

Momentum bisnis
KOMPAS.com - Dalam dialog terbuka dengan para pelaku ekonomi di Surabaya, pekan lalu, beberapa pebisnis bertanya kepada salah seorang direktur Grup Pakuwon, Sutandi Purnomosidi. ”Kami mempunyai uang tiga puluh miliar rupiah. Investasi apa terbaik kini?”
Sutandi mengatakan, banyak yang menarik. Emas, misalnya, tetap menarik, sebab aman. Pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan bunga deposito bank dan jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi. Beli saham blue chips juga menyenangkan. Kalau napasnya kuat, jantung bisa diajak berdegup kencang, bisa meraih untung yang lumayan.
Akan tetapi, yang lebih asyik sebetulnya, ujar Sutandi, adalah bisnis properti, karena lonjakan harganya sangat cepat. Awal tahun 2010 di Surabaya, harga rumah dengan luas tanah 200 meter persegi Rp 2,7 miliar. Angka itu sudah sangat tinggi.
Awal tahun ini, pembeli rumah tadi bisa melepasnya dengan Rp 7,2 miliar. Selama hampir tiga tahun, pembeli rumah tadi memperoleh keuntungan Rp 4,2 miliar. Laba yang lebih kurang sama besarnya jika pengusaha menanam investasi di ruko-ruko di lokasi emas, dan apartemen berkelas.
Bandingkanlah perolehan dari pembelian emas dan deposito. Bunga deposito kini tidak menggetarkan sebab hanya 4 atau 5 persen per tahun. Pertumbuhan harga emas masih lebih tinggi daripada deposito, tetapi tidak lebih tinggi daripada properti. Padahal, laba Rp 4,2 miliar itu untuk pembelian satu rumah. Bayangkanlah kalau membeli 20 rumah, keuntungan di atas kertas Rp 84 miliar dalam tiga tahun. Bukan main.
Ini semua terjadi, ujar Sutandi, karena properti sedang bagus-bagusnya. ”Bisnis batubara dan minyak bumi memang keren. Bisnis crude palm oil (minyak kelapa sawit mentah) mengilap. Namun, harga komoditas tersebut masih bisa naik turun. Pada harga rumah, ruko, tanah, tidak ada cerita bisa turun harganya. Hanya bisa naik,” ujar Sutandi.
Begawan properti, Ciputra (81), menyatakan, iklim bisnis properti memang sedang bagus. Sekian tahun lalu, ujar Ciputra, ia menjual tanah kapling di sebuah lokasi di Jakarta sebesar Rp 5 juta per meter persegi. Kini harganya sudah Rp 35 juta per meter persegi. Membeli kapling 300 meter dulu masih bisa dengan Rp 1,5 miliar. Kini mesti Rp 10,5 miliar.
Harga-harga ini melonjak seperti roket. Ini terjadi karena permintaan tinggi dan ketersediaan lahan yang terbatas. Lima belas tahun silam masih mudah mendapatkan areal 30 hektar di lokasi bagus di Jakarta. Kini sulitnya bukan main. Kalaupun ada, harganya ”gila-gilaan”. Sebutlah pengembang membeli Rp 30 juta per meter persegi. Dia harus jual berapa ke publik?
Bisnis properti kini memang lagi keren-kerennya. Warga yang menunda membeli rumah sebaiknya berpikir kembali. Jika dana terbatas, bisa mulai dengan rumah susun, atau rumah tipe kecil dengan harga termurah. Bayar rumah dengan cara mencicil tiap bulan merupakan jalan yang bijaksana. Anggaplah cicilan itu bagian dari membayar kontrak rumah. Ke depan harga rumah akan makin liar.


Bisnis Ramah Lingkungan
 
KOMPAS.com - Sejak era kolonial hingga tahun 1980, Jalan Raya Pos Pengumben dan Raya Joglo adalah firdaus. Sejauh mata memandang tampak hamparan taman, dengan pohon mahoni, pinus, durian, rambutan, nangka, dan kemuning. Terdapat kebun aneka jenis sayuran.
Kini, situasi di tempat itu sudah jauh berbeda. Jalan Raya Pos Pengumben dan Raya Joglo sesak oleh kompleks perumahan berskala menengah ke atas, sekolahan, dan rumah toko (ruko). Hutan kota dan kebun bibit masih ada, tetapi dengan wujud yang lelah. Jauh dari kondisi ramah lingkungan.
Ilustrasi tentang kawasan Pos Pengumben dan Joglo diungkapkan sebagai salah satu contoh ihwal Jakarta masa silam. Akibat ekspansi manusia, Pos Pengumben dan Joglo, juga kawasan hijau Jakarta lainnya, berganti bangunan-bangunan tinggi, perkantoran, pusat belanja, dan ruko.
Kita tidak menentang perumahan, tidak pula menafikan perlunya sekolahan, dan sentra bisnis, tetapi kita berharap pemerintah bersikap tegas terhadap perlindungan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau Jakarta kini tersisa 9,7 persen, padahal idealnya minimal 30 persen.
Ini salah satu aspek yang membuat Jakarta mudah diserang banjir, dan banjir kali ini benar-benar melumpuhkan semua sendiri ekonomi Ibu Kota. Kondisi Jakarta tidak mampu menerima siraman hujan berhari-hari, tidak mampu menampung luapan air dari beberapa daerah.
Dalam kaitan Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, pemerintah seyogianya lebih tegas dalam memberikan izin membangun kawasan bisnis seperti ruko, kantor, apartemen, dan mal. Boleh membangun, tetapi mesti dengan kriteria ketat. Halaman yang sempit tidak boleh seluruhnya ditutup. Harus ada sumur resapan dan tanaman. Sumur resapan sebetulnya sudah diatur, tetapi karena tidak ada pengawasan, siapa pun berani melanggar. Kita tentu sepakat bahwa siapa pun berhak berbisnis, siapa pun bisa membangun usaha, tetapi aturan tetap harus ditaati.
Di kota-kota bisnis terkemuka, seperti Tokyo, Shanghai, Hongkong, dan New York, aspek ini amat diperhatikan. Selalu ada sumur resapan, ada ruang untuk tanaman hidup, dan muncul kesadaran sendiri dari publik kota-kota bisnis dunia tersebut untuk membangun taman di atap gedung. Selain itu, pengolahan atas limbah cair dan padat makin penuh sofistikasi.
Ini menarik, sebab mencerminkan betapa para pebisnis tidak hanya memikirkan bagaimana meraup laba sebanyak-banyaknya, tetapi juga memberikan perhatian penuh pada bisnis yang eco friendly. Bisnis ramah lingkungan.

1 comment:

  1. Dapatkan pinjaman dana paling tinggi hanya dengan gadai bpkb mobil, proses pencairan cepat serta suku bunga rendah dan pembiayaan kredit mobil bekas dp murah untuk seluruh wilayah di Indonesia.

    Untuk informasi pengajuan pinjaman dana jaminan bpkb mobil atau pembiayaan mobil bekas, Silahkan hubungi marketing kami berikut ini. Cukup melalui sms atau whatsapp secara online, Kemudian marketing kami akan menghubungi Anda.

    Office :
    Jl. Margonda Raya No 88 A-C, Depok, Jawa Barat
    Phone : 021-77204222, 021-77204333, 021-77204888
    Fax : 021-77200022, 021-77205111

    Contact Person :
    Sukma Dinata ( Marketing Officer )
    Tlp/ Sms/ WhatsApp/ Line : 081280295839

    https://www.jaminkanbpkb.com/
    https://www.jaminkanbpkb.com/p/leasing-pembiayaan-kredit-mobil-bekas.html
    https://www.jaminkanbpkb.com/p/syarat-gadai-bpkb-mobil.html
    https://www.jaminkanbpkb.com/p/pinjaman-jaminan-bpkb-mobil.html
    https://www.jaminkanbpkb.com/p/cara-gadai-bpkb.html

    ReplyDelete