Survei Kelly: 71% Pekerja Berniat Mencari Pekerjaan dan Atasan Baru
Anda
bosan dengan pekerjaan atau tempat kerja? Ya, bisa jadi itu masalah
yang menjerat mayoritas pekerja kita. Banyak karyawan di Indonesia
gelisah dalam menjalankan pekerjaan. Bahkan lebih dari setengah dari
mereka mengatakan untuk berhenti bekerja. Kelly Services, lembaga
konsultan tenaga kerja, memaparkan 71% dari pekerja yang disurvei,
berniat untuk mencari pekerjaan dan atasan baru.
Survei yang bertajuk Kelly Global Workforce Index
(KGWI) diikuti oleh 170.000 orang dari 30 negara, termasuk di Indonesia
yang melibatkan lebih dari 4.000 peserta. Survei ini meneliti faktor
karyawan yang digunakan untuk mengevaluasi kerja yang potensial
orang-orang yang dapat mempengaruhi pilihan karier mereka, dan
penggunaan media sosial dalam membuat keputusan pekerjaan.
“Karyawan juga mengalami dampak dari
ketidakpastian ekonomi dan sebagai hasilnya hanya resah yang dirasakan
apabila membahas mengenai tujuan karir masa depan. Kecuali pengusaha
dapat menawarkan tantangan dan kesempatan yang berkelanjutan untuk
tumbuh dan berkembang bersama perubahan. Banyak karyawan dituntut untuk
memberi lebih karena kompetisi bagi masing-masing setiap industri cukup
besar,” papar Bernadette Themas, Managing Director Kelly Services
Indonesia.
Hasil survei di Indonesia menunjukan beberapa
temuan. Pertama, di antara generasi tenaga kerja Gen Y (umur 19-30) dan
Gen X (umur 31-48) adalah tenaga kerja yang umum untuk sering beralih
pekerjaan, sekitar 72% berencana untuk pindah ke posisi ditahun
berikutnya, sedangkan Baby Boomer hanya sekitar 52%.
Kedua, terlepas dari kegelisahan dalam bekerja,
73% mengatakan mereka tetap senang dengan pekerjaan sekarang. Ketiga,
lebih dari tiga perempat atau sekitar 80% mengatakan bahwa pekerjaan
mereka saat ini memberikan rasa yang lebih berarti. Kepercayaan dari
perusahaan untuk “mengembangkan dan lebih unggul” telah ditemukan lebih
dari 57% responden sebagai kunci untuk memberikan rasa “berarti” di
perusahaan yang memayungi para karyawan.
Terakhir, 74% menggunakan jaringan media sosial
ketika membuat keputusan dalam karier dan pekerjaan. “Kami melihat
banyak orang yang tidak bahagia dalam pekerjaan mereka dan secara aktif
masih mencari peluang baru. Sedangkan lainnya cukup puas namun tetap
mencari keterlibatan yang lebih besar dan bermakna, serta siap untuk
meninggalkan pekerjaan apabila situasi tidak memberikan dukungan,”
Bernadette menyimpulkan. Dalam Dunia Kerja, Komunikasi Dua Arah Sangat Vital
Suasana ruang Tanjung Rasamala Hotel Mandarin Oriental sore itu lebih riuh dari biasanya. Lebih dari 40 wanita karier dengan beragam kebangsaan gemas dengan dua temannya. Mereka tengah bermain seraya memahami arti komunikasi dua arah sebenarnya.Permainan tersebut memang hanya melibatkan dua wanita yaitu Gene Sugandy dari Colliers Internasional dan Hellen Lewis. Dalam permainan ini, Gene berperan sebagai pendengar dengan spidol dan kertas gambar di hadapannya. Ia berdiri di ujung ruangan menghadap kertas gambar dan dinding. Sementara itu di ujung lain di belakang Gene, Hellen menjadi pembicara. Wendy Kusumowidagdo, sang instruktur, menunjukkan secarik gambar sekelompok bangun datar pada Hellen. Tugas Hellen adalah mendiskripsikan gambar tersebut kepada Gene agar ia membuat gambar yang sama seperti yang didiskripsikan Hellen. Aturannya, Gene tidak boleh berbicara apapun, hanya mendengar yang dikatakan Hellen.
Dua menit berlalu, ternyata Gene gagal menggambarkan geometri yang sama persis dengan kertas di tangan Hellen. Wendy pun menantang peserta yang hadir untuk mengupas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Satu demi satu anggota Professional Women Group at British Chamber mengemukakan pendapatnya. Ternyata kuncinya satu: komunikasi itu harus dua arah.
“Listening is hearing with sense,” kata Wendy, konsultan senior Outward Bound Indonesia. Banyak orang yang menganggap remeh pentingnya mendengarkan dalam suatu proses komunikasi. Setiap hari orang berbicara, maka setiap hari pula mereka berkomunikasi. Padahal komunikasi dua arah perlu pendengar yang memang betul-betul menyimak apa yang dikatakan, bukan hanya pembicara.
Dalam dunia kerja, menyimak pembicaraan lawan adalah hal yang sangat vital. Menyimak seperti melihat gunung es. Kita hanya melihat sedikit permukaan puncak gunung, tapi harus mampu menebak apa yang ada di bawah permukaan laut.
“Menyimak berarti berkonsentrasi pada suara, mengambil maknanya, kemudian bereaksi,” papar Wendy. Meski terdengar mudah, menyimak memiliki beberapa tantangan. Topik yang tidak menarik, tidak setuju dengan pendapat lawan bicara, dan pembicaraan yang tidak efektif adalah tantangan yang sering ditemuni saat mendengarkan dan menyimak.
Dari tantangan tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak sekaligus menaikkan kualitas komunikasi.
“Tumbuhkan keinginan untuk belajar, jaga eye-contact, tanyakan pertanyaan yang efektif, dan dahulukan rasional baru emosional,” pungkas Wendy.
Inilah Posisi Pekerjaan yang Paling Banyak Diburu Tahun 2012
Naiknya peringkat investasi Indonesia (invesment grade),
menyebabkan semakin derasnya arus investasi yang masuk ke Tanah Air.
Kondisi tersebut menuntut daya saing dari tenaga profesional untuk
menempati posisi strategis karena persaingan yang kian ketat. Kelly
Services, lembaga konsultan tenaga kerja, memaparkan posisi-posisi yang
paling banyak diburu tahun 2012. Apa saja?
Untuk industri perbankan, dan jasa keuangan, posisi yang paling banyak dicari antara lain: head of risk management, head of product development, actuaries, dan relations manager. Selain itu, untuk bagian penjualan, pemasaran dan sumber daya, posisi yang paling banyak dibutuhkan adalah head of marketing, brand&channel manager, sales&business development manager, head talent management, HR Specialist.
“Perang talent (talent war) di industri perbankan memang masih tinggi karena sektor ini tumbuh cukup pesat di Indonesia, sehingga membutuhkan talent-talent
yang kompetitif. Banyak perusahaan melakukan berbagai cara agar bisa
menarik orang terbaik untuk bisa bergabung diperusahaannya,” ujar
Bernadette Themas, Managing Director Kelly Indonesia.
Kursi yang paling banyak dicari disektor engineering seperti minyak dan pertambangan antara lain : mining engineer, project manager, geologist, HSE, civil engineer, contruction manager.
“Sektor ini masih banyak kekurangan sumber daya di level atas, sehingga
perputaran dan tarik menarik talentnya sangat jelas terlihat. Bahkan,
sebagian dari perusahaan mencari talent dari luar negeri,”katanya.
Di sektor otomotif, posisi yang paling banyak dibutuhkan adalah head of marketing, sales manager, parts manager, brand manager, production engineer, dan after sales service manager. Sedangkan di industri fast moving consumer goods (FMCG) yang paling getol dicari seperti; head talent management dan HR Specialist. “Tingginyainvestasi
bukan hanya menguntungkan industri utama saja, tetapi juga industri
lain seperti media, hiburan dan manufaktur yang kian terdongkrak,”
Bernadette menambahkan.
Meski begitu, talent war
akan berdampak pada stabilitas sehingga memperlambat laju pertumbuhan
bisnis perusahaan. Untuk itu ia menyarankan, agar setiap perusahaan
mampu menciptakan dan mempersiapkan talent internal ketimbang merekrut talent dari
luar. “Jika dalam satu tim ada yang keluar, maka akan terjadi
kepincangan sehingga sistem akan berjalan lebih lambat. Meskipun kalau
beberapa personil bisa multitasking, tapi kinerjanya tidak akan cukup maksimal. Perusahaan hendaknya bisa melahirkan talent dari dalam perusahaan sendiri,” dia menguraikan.
No comments:
Post a Comment